Kamis, 27 Februari 2020

2020

Seperti terlambat ketika aku mencoba membingkai rasa bahagia dalam goresan kata. Aku ingin sekali membagikan rasa bahagiaku. Berbagi akan rasa bahagia ketika aku mengambil keputusan untuk menikah beberapa bulan yang lalu. Ternyata kenyataan dan kesibukan membuatku tumpul untuk kembali berkata-kata.

Niatku ingin kembali membingkai rasa bahagia dalam goresan kata kembali muncul ketika bulan kelahiranku ini kembali hadir dan membuat usiaku bertambah sehari sebelum masa prapaskah tahun 2020 ini diawali. Ingin rasanya aku membagikan kebahagiaan-kebahagiaan ini tapi ternyata tetap aku belum mampu.

Kini, kesadaranku membangunkanku bahwa benar kata banyak orang, hati yang terluka memampukan kita untuk mengolah kata dan rasa. Ternyata, ketika aku terluka dan menyimpan luka beberapa tahun lalu aku mendapatkan kekuatan dalam setiap curahan hati yang aku tuliskan. Aku seakan tumpul ketika berhadapan dengan rasa bahagia, ya begitulah sebenarnya, apa yang aku tuliskan bertahun-tahun yang lalu merupakan kisah yang menampilkan diriku sendiri sebagai tokoh utamanya.

Mungkin, aku akan kembali mencoba kembali di lahan ini. Membingkai bahagiaku dan berbagi lagi. Mungkin juga jika teman-teman mau berbagi cerita yang bisa menginspirasi tulisan-tulisanku disini. Kita akan kembali berkisah dan berkasih.

Sabtu, 18 Juni 2016

how lucky i am!

malam ini, malam biasa tak ada bedanya dengan malam-malam yang lain. hanya saja, aku sedang menikmati kebiasaan baruku, yang sulit tertidur ketika kamu masih diperjalanan. entah kenapa kebiasaan baru itu muncul, aku juga tidak tau.

tong sampahku ini, rasa-rasanya sudah penuh dengan usang, debu dan lumut, setelah sekian lama, tak bertegur sapa dengan si empunya hehehe.

hey, my little space!
aku akan bagikan kabar bahagiaku, bukan dukaku, seperti kisah-kisah lalu. jangan kau bilang pada siapa-siapa ya, kalo kisah pedihku yang lalu telah menumbuhkan harapan baru. sama halnya, nusantara ini, yang bisa merubah tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Dia yang selama ini aku ceritakan padamu, kini benar-benar mendampingi hari-hariku. akan ku bagikan padamu, how lucky i am to be his lovely! 😇😍😍😍
aku bersyukur pada Sang Penulis Kehidupan, bahwa aku boleh mendampingi pria yang begitu menyayangiku, pria yang begitu hangat mendekapku, pria yang sabar menghadapi bawelku, pria yang tak begitu tampan tapi meneduhkan amarahku, pria yang dengan penuh tanggung jawab berusaha dekat dan mengenal keluargaku, pria yang dengan cintanya berusaha melengkapi keluargaku dan meyakinkannya, pria yang saat ini mati-matian memperjuangkan masa depanku, pria yang berjanji untuk setia sampai akhir, pria yang selalu mengisi hari-hariku dengan kasih sayang, tawa, sedih, kekonyolan, dan sukacita, pria yang tak pernah sadar telah mengajari dan menjadi inspirasiku, pria yang sedang dan selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik agar layak menjadi bapak bagi anak-anakku, dan diatas semua itu dia adalah pria yang berhasil membawa pulang sebagian hatiku yang entah kemana selama ini, menjadikannya utuh dan aku mencintainya.

Tuhan, jagailah dia dan bahagiakanlah dia, jadikanlah kami sepasang hati yang saling melengkapi dan mencintai sampai akhir. walau aku sering mengeluh tentang sakit hatiku akan teman-teman wanitanya, tapi aku janji aku akan lapang dada menerima ending apapun itu, bila memang dia tak bahagia bersamaku. tapi aku ingin Tuhan berjanji padaku, dia tetap harus bahagia apapun keadaannya.
jujur, aku merasa sakit hati, sakit sekali rasanya ketika dia berpamitan untuk keluar bersama teman wanitanya, tapi sekarang aku mulai untuk legowo mengijinkan dan memberi waktu tanpa mengamganggu, sambil menunggu kabar selanjutnya kalau-kalau dia menghubungiku, tapi jauh lebih sakit, ketika dia berkeluh bahwa dia sedang tidak sehat dan aku tidak bisa menemaninya. kadang, aku cemburu ketika sahabat wanitanya lebih bisa selalu ada disaat yang dibutuhkan, ketimbang aku, salahkah???
tapi apa daya, aku rak pernah pecus untuk menjaganya, tak pernah bisa selalu ada disampingnya. ehhhmmm, sudahlah, aku terlalu sensitif untuk satu hal ini sepertinya.

Tuhan, jaga dia untukku ya. Jika boleh meminta, aku ingin segera selalu bersamanya. berkati segala usaha kami juga. dan jika dia mulai nakal, tolong kasih tahu aku ya Tuhan.
aku ingin berbisik padamu Tuhan, 'terima kasih sudah memperbolehkanku mendampinginya sampai hari ini dan segendut apapun dia, dia tetep ganteng kog bagiku.hehehehe. aku mencintainya'

-dari wanita yang selalu sulit tidur, saat kamu masih diperjalanan-

Minggu, 25 Oktober 2015

karena aku mencintaimu

Saat ini, aku masih bisa berterima kasih, bahwa Tuhan berkenan mengirimmu untuk membuatku merasa bersyukur atas segala yang telah diperjuangkan dan aku lalui. Aku juga masih bersyukur bahwa aku masih mencintaimu.

Kembali menatap lembar kosong yang dulu benar-benar aku akrabi, saat aku merasa segala rasaku harus aku tutupi dan tak perlu kamu ketahui. Ya, inilah lembar-lembar kosong yang menjadi temanku berbagi. Lahan curhat yang mungkin sudah muak saat mendengar namamu. Lembar kosong yang aku jauhi beberapa waktu ini, ketika aku merasa bersamamu aku bisa berbagi segalanya, tanpa perlu aku tulis lagi. Dan, aku malu, ketika aku kembali hanya untuk berbagi gelisah tanpa menyisakan bahagia, bahagia yang telah aku nikmati bersamamu tanpa berbagi di tempat ini. Tapi, perbolehkan aku untuk kembali, walau hanya untuk berbagi perih.

Sepertinya belum genap satu bulan aku kembali bisa tersenyum lepas tanpa harus berbayang luka. Ah, entah juga. Apakah rasa ini pantas dianggap luka? Atau hanya egoku yang menjadikan semuanya berlebihan seperti katamu?. Malam ini, kembali aku harus berbayang rasa yag kubenci itu setelah kamu mengabarkan sesuatu. Ada rasa sakit, yang lebih tepat aku sebut perih. Rasa takut yang kembali menyerang, tanpa aku pahami dan sering kamu anggap sebelah mata dengan sebutan posesif. Walau aku sering kembali membalikkan pernyataan itu dengan bertanya kepadamu, pernahkah aku melarangmu bergaul dengan siapapun? dan entah apa jawabanmu, aku tak pernah paham secara pasti, tapi aku hanya bisa merasa akan kamu sudutkan setiap kali membahas masalah ini. Dan kamu menilai bahwa aku terlalu kekanak-kanakan untuk menghadapi ini semua.

Sayang, maaf jika aku tak bisa membuatmu paham, tapi selama ini aku sudah berkata dengan jujur tentang apa yang aku rasakan, walau kadang malah membuatmu marah padaku. Bila masih boleh aku membahas masalah ini, walau dengan rasa takutku, aku hanya ingin membuat batinku sendiri lega. Sayang, aku kecewa padamu untuk satu masalah ini. Aku kecewa karena kamu tak bisa mempertegas batas teman dan batas orang spesialmu. Aku tak mau berada dibalik bayang-bayang orang lain. Andai, kita bertukar posisi, apakah mungkin kamu tidak akan marah dan kecewa seperti yang aku rasakan?

Sayang, aku takut pada kekuatan hatiku sendiri, aku takut jika akhirnya aku menyerah pada keadaan yang sudah melemahkan pertahananku sejauh ini. Pada keadaan yang akhir-akhir ini aku bilang baik-baik saja. Pada keadaan yang akhirnya aku simpan dalam tiap bulir air mataku dan kusuguhkan dalam bentuk senyuman padamu, karena aku juga tak mau menjadi penghalangmu untuk tersenyum bersama teman-temanmu. Pada keadaan yang menyadarkan bahwa aku menyimpan bara yang belum mau padam sepenuhnya. Dan sadarkah kamu sesakit apa yang aku rasakan?

Tetaplah bahagia sayang, tetaplah tersenyum, tetaplah merasa kagum ketika kamu bisa dengan sumringah bercerita tentangnya, dengan bangga menceritakan apapun yang telah dia perjuangkan dan dia peroleh. Aku akan tetap merasakan bahagiamu itu, karena aku mencintaimu. Biarkan aku berusaha untuk memahamimu dengan satu hal ini, dan jika akhirnya aku menyerah sebelum benar-benar paham, aku mohon maaf. Karena sekecil apapun duri yang tertambat, akan tetap memberikan rasa perih, apalagi semakin lama duri itu menetap dalam tubuhmu.


dari seseorang yang masih berusaha mencari sumber bahagiamu
seseorang yang mencintaimu

Selasa, 23 Juni 2015

Ibu Aku Pulang

"ibu aku pulang."
ucap lirih anak laki-laki yang meletakkan ranselnya di ruang tamu. Ranselnya mungkin tak begitu besar, tapi terlihat sedikit usang. Ransel itulah yang dipakainya saat sang putra itu meninggalkan rumah sekian tahun yang lalu.

Ibu hanya terdiam, dipandanginya sang putra yang kini merebahkan diri disisinya. Dia menyadari anak laki-lakinya kini sudah semakin dewasa. Ibu memandangi wajah sang putra dengan penuh perhatian, disapu peluh yang meleleh didahi dan sekitar leher putranya itu, lalu ditatanya kembali kepala sang putra agar lebih nyaman rebah dipangkuannya. Ibu tetap diam, begitu pula sang putra. Ibu hanya ingin kembali menyatukan hati dengan sang putra yang sekian tahun tak sedekat ini dengannya.

"Ibu, aku kembali" ucap lirih sang putra dengan mata tetap terpejam.
"Ransel yang Ibu berikan padaku kini ku bawa pulang kembali, maaf tak sebagus saat dititipkan padaku. Terima kasih Ibu pernah memberiku kesempatan untuk merasakan berjuang demi masa depanku, dan terima kasih pula karena Ibu pernah mempercayakan harapan demi harapan lewat ransel yang selalu menemani langkahku itu."
Ibu hanya tersenyum simpul tanpa berkata apapun. Diam dan menghayati setiap perkataan sang putra yang sudah lama tak bermanja padanya.
"Ransel itu tak lagi sama seperti yang dulu Ibu, karena ransel itu telah mengubah putramu ini. Di bagian depan ransel itu terselip pesan untukmu, bukalah nanti jika aku telah puas bermanja dipangkuan Ibu" lanjut sang putra.

*selang beberapa waktu, sang putra pun tertidur dan ibu membuka pesan yang tulis oleh putranya itu*

Pesannya
MAAF JIKA AKU TIDAK DAPAT MENYIMPAN SEMUA KISAHKU DALAM RANSEL INI UNTUK KU BAGIKAN PADA IBU, TAPI DALAM RANSEL INI TELAH TERSIMPAN BERJUTA PERJUANGAN DAN KINI PESAN SERTA HARAPAN IBU TELAH MENDEWASAKANKU DALAM MEMILIH. TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN DAN KEPERCAYAAN KELUARGA SELAMA INI"

Ibu kembali mengusap kepala sang putra dan dengan sabar menunggu sang putra terbangun. Setelah sang putra terbangun, ibu berkata "nak, Ibu ingin memelukmu"
mereka pun berpelukkan, dengan tersedu ibu berbisik "Kini gantilah ranselmu dengan ransel yang baru, Ibu telah menitipkan harapan baru pada ranselmu yang baru, dan langkahmu harus tetap terjaga dengan perjuangan yang lebih dalam. Kami menyayangimu nak"

Selasa, 24 Maret 2015

Mercusuar dan Kapal

Tiba-tiba saja aku teringat materi yang dibahas pada Lateral Thinking beberapa saat yang lalu.
Mercusuar dan Kapal.

Jika hanya ada aku dan kamu saja yang memainkan peran, apakah peran yang akan kamu pilih? sebagai mercusuar ataukah sebagai kapal?
dan bagiku, kamu lah mercusuar yang menuntunku menemukan jalan dan membantuku untuk lebih yakin melangkah.

Hey, Mercusuarku, ingatkah beberapa saat yang lalu, ketika aku yang hanya sebuah kapal ini mencoba berkeras kepala kepadamu. Ya, aku tau bahwa aku bukan kapal biasa. Aku terlahir sebagai kapal besar yang selalu diikuti beberapa kapal lainnya. Terkadang aku membusungkan dada dan menganggap bahwa segala sesuatu harus takluk padaku. Dan itu semua berubah saat aku bertemu denganmu.

Aku : *menghubungimu*

Kamu : ada yang bisa saya bantu?

Aku : Saya sebuah kapal besar, dan Anda berada didepanku, bisakah Anda segera memutar haluan agar Saya bisa melanjutkan perjalanan tanpa bersenggolan denganmu?

Kamu : Maaf, sebaiknya Anda yang memutar haluan Anda.

Aku : Saya mohon Anda bersedia memutar haluan Anda, karena Saya bukan kapal sembarangan dan ada beberapa kapal lain yang mengikuti Saya.

Kamu : Silakan Anda yang memutar haluan.

Aku : Anda yang harus mengikuti perintah saya dan segera memutar haluan! *aku mulai berteriak*

Kamu : Maaf, apapun resikonya, saya harap Anda yang mengalah, karena Saya adalah Mercusuar.

Aku : *diam*

Aku pernah menjadi seorang yang keras kepala dan berusaha untuk mengambil alih segala sesuatu sendirian. Aku harus menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri, itulah prinsipku. Saat aku bertemu denganmu, rasanya kesalahpahaman mengajarkanku banyak hal. Aku tahu bahwa akulah yang seharusnya memutar kembali arah haluanku, entah harus berbalik atau harus berbelok, itu hanyalah arah yang berubah, tapi yang pasti aku harus menjauh darimu, demi kebaikan bersama. Tetaplah menjadi mercusuar, bukan hanya untuk kapalku tapi juga untuk ratusan bahkan ribuan kapal lainnya. Karena memaksakan kehendakku bukanlah jawaban atas segala peran yang harus kita mainkan. Terima kasih telah menyadarkanku dengan kesabaran dan terangmu.

-ketika aku serasa terombang-ambing-

Senin, 05 Januari 2015

2014 luar biasa!

aku tak pernah menyangka akan seluar biasa ini kado natal yang Engkau berikan, kado natal yang mungkin menjelma nyata dalam penghujung tahun, dan boleh disebut sebagai kado pergantian tahun.

Tuhan, Engkau pasti tahu, begitu luar biasa tahun ini.
Tetesan air mata, rasa sakit hati, rasa linglung dan segala kekhawatiran hadir bertubi-tubi mulai dari awal tahun hingga hampir menutup semua bulan di tahun ini.
Perjuangan menyelesaikan skripsi yang bisa dibilang tak mudah, masih bisa aku lalui dengan dampinganMu dan dampingan orang-orang yang mencintaiku dengan cara mereka yang begitu sempurna.

Engkau pasti masih ingat, mungkin ratusan kali aku datang padaMu dengan permohonan-permohonan dan cerita yang menyakitkan berbalut air mata di tahun ini. Keluhan-keluhan bodoh yang membuatku semakin terpojok akan angan tentang kebahagiaan. Semua cerita dan kisah perjuangan itu telah Engkau kemas dalam kotak yang begitu indah di penghujung tahun ini.

Terima kasih untuk jalan yang masih Engkau berikan agar aku dapat mengatasi segala masalahku, Terima kasih untuk kekuatan batin yang luar biasa ini.
Terima kasih untuk gelar yang boleh saya perjuangkan, bukan hanya untuk kebahagiaanku secara pribadi, tapi juga untuk kebahagiaan mereka yang aku cintai.
Terima kasih untuk setiap pribadi yang masih boleh Engkau perkenankan mendampingi langkah-langkah sulitku, mereka sungguh luar biasa.

Terima kasih untuk kejutan di penghujung tahun ini juga,
serasa masih dalam keadaan percaya tak percaya, masih saja ku anggap guyonanMu begitu membuatku ternganga tak berdaya, masih saja ku tunggu arti dan makna dari setiap peristiwa yang boleh aku rasakan di tahun 2014 lalu. Hampir setiap resolusi di tahun 2014, Engkau wujudkan menjadi runtutan kado yang boleh aku amini.

Terima kasih untuk dia, yang Engkau ijinkan untuk menemani pergantian tahunku yang begitu indah. Untuk hal-hal bodoh, hal-hal menjengkelkan, hal-hal istimewa yang begitu sempurna. Aku bahagia!
kini kuserahkan kembali runtutan doa dan harapan di tahun 2015 ini, semoga hidup, karir dan relasi yang sedang kujalani dan kuperjuangkan semakin jelas dan membahagiakan. Semoga semua makhluk berbahagia!